KOTA JANTHO – Bupati Aceh Mukhlis Basyah bertindak selaku Pembina Apel Besar Kebhinnekaan Cinta Damai di halaman Kantor Bupati Aceh Besar, Selasa (15/11/2016). Hadir dalam kesempatan itu, Forkopimda, Staf Ahli Bupati, para Asisten Setdakab, Kepala SKPK, para camat, para Kapolsek, OKP, dan Ormas di-Aceh Besar.
Dalam amanatnya, Bupati Mukhlis Basyah menyatakan, menjaga keamanan lingkungan merupakan tanggung jawab bersama sebagai warga negara yang baik. Salah satu bagian terpenting dalam pemeliharan keamanan lingkungan adalah peran serta masyarakat. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat lepas dari interaksinya dengan manusia lain. Dalam interaksinya dengan manusia lain, maka tercipta suatu masyarakat dan suatu peradaban serta kebudayaan manusia yang di dalamnya terdapat nilai-nilai yang mendasari dan menuntun tindakan-tindakan dalam hidup bermasyarakat.
“Indonesia adalah negara kepulaan yang sangat luas. Terbentang dari Sabang sampai Merauke, terdiri dari beribu-ribu pulau yang kaya akan sumber daya alam, suku dan budaya. Keragaman suku bangsa dan budaya merupakan kekayaan yang tak ternilai harganya,” ungkap Mukhlis Basyah.
Bupati Aceh Besar melanjutkan, dilihat dari aspek sosial budaya Indonesia terdiri atas ratusan suku bangsa yang masing-masing memiliki adat istiadat, bahasa, agama dan kepercayaan yang berbeda-beda. Keberagaman dan perbedaan yang dimiliki Indonesia saat ini, seyogyanya dapat menjadi kekuatan bangsa apabila dapat disatukan dan dikelola dengan baik agar tidak terjadi konflik. Seperti yang tertulis dalam semboyan negara kita yaitu “Bhinneka Tunggal Ika”, berbeda-beda tapi tetap satu jua.
Era globalisasi saat ini dengan semakin meningkatnya penggunaan teknologi, kebutuhan pangan dan sumber daya alam, jelas Bupati Aceh Besar, tentu Indonesia menjadi pantauan dari beberapa negara tetangga dan bahkan negara adikuasa. Hal ini diakibatkan negara kita memiliki sumber daya alam yang melimpah serta memiliki ketersediaan lahan dan pangan terbesar di dunia.
Berbagai ancaman dan gangguan yang terjadi dewasa ini semula bersifat konvensional berkembang menjadi multidimensional. Hal ini sengaja dilakukan agar keutuhan NKRI terobrak-abrik. Namun, kita sebagai anak bangsa tidak boleh tinggal diam. Mari bersama-sama merapatkan barisan dengan senantiasa mempersiapkan sumber daya manusia yang berdaya saing, memiliki kesiapan sosial budaya untuk terciptanya suasana yang kompetitif dalam berbagai sektor kehidupan, dan memiliki kesiapan keamanan, baik stabilitas politik dalam negeri maupun luar negeri/regional.
Pada bagian lain, Mukhlis Basyah mengemukakan, perbedaan suku bangsa dan latar belakang budaya serta kepercayaan dapat menjadi sumber konflik yang dapat menyebabkan perpecahan di tubuh NKRI. “Kita sebagai bangsa yang bermartabat dan cinta damai seyogyanya mampu menyikapi bersama bahwa konflik SARA merupakan hal yang dapat memicu perpecahan bangsa, dan harus pula kita sadari serta ingat bersama bahwa isu tersebut sengaja dihembuskan oleh orang-orang atau kelompok tertentu yang menginginkan persatuan dan kesatuan kita sebangsa dan setanah air runtuh,” lanjutnya.
Keanekaragaman yang kita miliki seharusnya dapat menjadi sebuah kekuatan yang maha dahsyat untuk menangkal semua gangguan atau ancaman yang ingin memecah belah persatuan bangsa. Prinsip sebagai bangsa yang cinta damai yang selama ini terpatri dapat lebih dijabarkan kepada prinsip cinta kemerdekaan, yaitu mengutamakan tindakan pencegahan dengan mengoptimalkan upaya diplomatik dalam kerangka Confidence Building Measure(CBM) dan Preventive Diplomacy.
Oleh karena itu, diimbau kepada semua pihak, untuk meningkatkan kembali kesadaran untuk cinta damai, menghargai perbedaan, dan hidup rukun guna mewujudkan persatuan dan kesatuan NKRI yang kokoh. Melalui momentum tersebut hendaknyadapat menggugah kembali kesadaran berbangsa dan bernegara kita, dan mampu menghadirkan kembali semangat kecintaan kepada tanah air ini, serta mampu memberikan pemahaman kepada kita semua pentingnya menjunjung tinggi Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika, sebagai manifesto perwujudan diri bangsa Indonesia (Hp.Abes).
0 komentar:
Posting Komentar